Minggu, 13 Desember 2015

PENGERTIAN KURIKULUM MAKALAH

PENGERTIAN KURIKULUM
MAKALAH
Disusun Untuk  Memenuhi Tugas Mata Kuliah
PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI
Dosen Pengampu
AFIFUL IKHWAN, M.Pd.I
staim muh ta
 












Kelompok 1
Disusun :
1.        Bahroji
2.        Sulistiani
3.        Khoirul Anam
4.        Maratul Khasanah

PAI - SEMESTER III
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM)
TULUNGAGUNG
SEPTEMBER  2015
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1.    Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM)  Tulungagung  Bapak    Nurul Amin, M.Ag
2.   Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan  makalah ini Bpk. Afiful Ikhwan M.Pd.I
3.    Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini .
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat  berdo' a dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi amal soleh di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif, sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.

(PENYUSUN)
ii




DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................              i
Kata Pengantar .......................................................................................................             ii
Daftar Isi  ..............................................................................................................  ..                        iii                    
BAB I        PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang ……….………………………………….                   1

BAB II       PEMBAHASAN
                   A.  Pengertian Kurikulum  …………………………………….          3
                   B.  Fungsi Kurikulum ………………………………….………          6
                   C.  Konsep Kurikulum ………………………….……………..           7
                  
BAB III     PENUTUP
        Kesimpulan   ……………………………………………….                           9

DAFTAR PUSTAKA   ……………………………………………………………           10






iii

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Pembentukan suatu organisasi yaitu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Begitu pula dengan salah satu organisasi yang sangat besar seperti dunia persekolahan dalam tingkat nasional. Untuk mencapai tujuan pendidikan maka harus dibuat rancangan untuk mencapai tujuan tersebut agar dalam pelaksanaannya terorganisir dan terarah. Oleh karena itulah kita mengenal yang namanya kurikulum.
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang terkait.  Selain sebagai pedoman, bagi siswa kurikulum memiliki enam fungsi, yaitu: fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.
 Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di masyarakat. Makna dapat hidup di masyarakat itu memiliki arti luas, yang bukan saja berhubungan dengan kemampuan peserta didik untuk menginternalisasi nilai atau hidup sesuai dengan norma-norma masyarakat akan tetapi juga pendidikan harus berisi tentang pemberian pengalaman agar anak dapat mengembangkan kemampuannya sesuai dengan minat dan bakat mereka. Dengan demikian dalam sistem pendidikan kurikulum merupakan komponen yang sangat penting, sebab di dalamnya bukan hanya menyangkut tujuan dan arah pendidikan saja akan tetapi juga pengalaman belajar yang harus dimilki setiap siswa serta bagaimana mengorganisasi pengalaman itu sendiri.
Kedudukan kurikulum ini sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.  Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami konsep dasar dari kurikulum.  Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi dengan cara mengkaji suatu kurikulum lembaga pendidikan itu.
 Mengingat pentingnya pemahaman menyeluruh konsep dasar dari kurikulum ini, maka penulis tergerak untuk menyusunnya menjadi sebuah makalah yang khusus mengungkap mengenai hal tersebut. Kiranya kehadiran makalah ini dapat sedikit membuka wawasan para pembaca semua.


B.   Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apakah pengertian dari kurikulum ?
2.      Apakah Fungsi Kurikulum ?
3.   Apa saja Konsep Kurikulum dalam Pendidikan?

C.  Tujuan Masalah
Mengacu dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Mengetahui pengertian dari kurikulum.
2.    Mengetahui Fungsi Kurikulum.
3.  Mengetahui konsep kurikulum dalam Pendidikan.













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian  Kurikulum
Kata Kurikulum memiliki banyak arti yang berbeda tergantung dari posisi seseorang dalam system pendidikan . Sebagai contoh, seorang pembuat kurikulum akan melihatnya sebagai suatu rencana untuk pengalaman             kurikulum di sekolah ( yang ideal); seorang guru akan melihatnya sebagai pemerintah atau orang yang biasanya berada di luar ruang kelas yang mengatakan padanya unutk mengajar
(mempraktekkan); seorang siswa akan melihatnya sebagai apa yang harus saya pelajari untuk lulus sekolah atau madrasah (kenyataan) dan orang tua melihatnya sebagai apa yang sebenarnya telah dipelajari oleh anak saya di sekolah (prestasi). Pihak lain mungkin akan melihatnya sebagai buku atau materi unutk guru dan siswa.
            Istilah kurikulum di gunakan pertama kali pada olahraga pada zaman Yunani kuno yang berasal dari kata curir dan curer, yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang atlit. Pada waktu itu , orang mengistilahkan dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari mulai start sampai finish.     (Wina(Sanjaya,200:1)[1][1] Istilah Kurikulum kemudian digunakan  dalam dunia pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, para ahli memiliki pandangan yang beragam tentang kurikulum. Pengertian kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan  praktik dan teori pendidikan.
Pengertian kurikulum yang ditinjau dari beberapa sudut pandang :
1.  Pengertian Kurikulum Secara Tradisional
Dalam pandangan lama kurikulum dipandang sebagai kumpulan mata pelajaran  yang harus disampaikan oleh guru atau dipelajari oleh siswa. Pelajaran-pelajaran materi apa yang harus ditempuh di sekolah madrasah, itulah kurikulum.
Kurikulum dalam arti sejumlah mata pelajaran ya hams ditempuh oleh murid, menurut Oemar  Hamalik, mempunyai implikasi bahwa mata pelajaran pada hakekatnya adalah pengalaman masa lampau dan tujuan mempelajarinya adalah untuk memperoleh ijazah.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada pergeseran fungsi sekolah. Seiring dengan perkembangan informasi dan teknologi sekolah tidak saja dituntut untuk rnembekalai berbagai macam ilmu pengetahuan yang sangat cepat berkembang, tetapi juga dituntut untuk dapat mengembangkan minat bakat, membentuk moral kepribadian, bahkan berbagai macam ketrampilan yang dibutuhkan untuk memenhuni dunia kerja. Pergeseran fungsi sekolah tersebut  berdampak pada pergeseran makna kurikulum, dimana kurikulum tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran akan tetapi dianggap sebagai pengalaman belajar siswa. dijelaskan oleh William F. Pinar da bukunya What is Curriculum Theory, yang menjelas bahwa kurikulum pada saat mi adalah dimaknai sebagai pengalaman belajar. Pergeseran makna ini disebab pengaruh humanisme, seni, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.   Pengertian Kurikulum Secara Modern :
                          Menurut Saylor J. Gallen & William N. Alexander dalam bukunya “Curriculum Planning” menyatakan Kurikulum adalah “Keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar baik berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar sekolah”. [2][2]
                               Menurut B. Ragan, beliau mengemukakan bahwa “Kurikulum adalah semua pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah”.
      Menurut Soedijarto, “Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa atau mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan”.
Selain  itu, kurikulum dalam pandangan modern juga berarti  pada methodology. Misalnya, Hilda Taba dalam bukunyanya Curriculum Development, menuliskan Currikulum is, after all, a way of preparing young people to participate as productive members of our culturer”. Artinya, kurikulum adalah cara mempersiapkan manusia untuk berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dan suatu budaya.[3][3]
Sesuai penjelasan David Pratt bahwa: “A curriculum is anorganized set of formal educational and or training intentions “. Artinya, kurikulum adalah seperangkat organisasi pendidikan formal atau pusat-pusat latihan.
Dari berbagai pengertian kurikulum diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum ditinjau dari pandangan modern merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir untuk menciptakan suatu pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut S.Nasution kurikulum dapat ditinjau sebagai berikut :
1.        Kurikulum dapat dilihat sebagai produk yakni sebagai hasil karya para pengembang kurikulum, biasanya dalam suatu panitia. Hasilnya dituangkan dalam bentuk buku atau pedoman kurikulum, misalnya berisisejumlah mata pelajaran yang harus diajarkan.
2.  Kurikulum dapat pula dipandang sebagai program,yakni alat yang dilakukan oleh sekolah atau madrasah untuk mencapai tujuannya. ini dapat berupa mengajarkan berbagai mata pelajaran tetapi dapat juga meliputi segala kegiatan yang dianggap dapat mempengaruhi perkembangan siswa misalnya perkumpulan sekolah atau madrasah, pertandingan,pramuka, warung sekolah atau madrasah dan lain-lain.
3.    Kurikulum dapat pula dipandang sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap, keterampilan tertentu. Apa yang diharapkan akan dipelajari tidak selalu sama dengan apa yang benar-benar dipelajari.
4. Kurikulum sebagai pengalaman siswa. Ketiga pandangan di atas berkenaan dengan perencanaan kurikulum sedangkan pandangan ini mengenai apa yang secara aktual menjadi kenyataan pada tiap siswa. Ada kemungkinan, bahwa apa yang diwujudkan pada diri anak berbeda dengan apa yang diharapkan menurut rencana
Dan beberapa definisi kurikulum yang telah disebutkan di atas bisa diambil kesimpulan, bahwa kurikulum merupakan pengalaman peserta didik baik di sekolah atau madrasah maupun di luar sekolah di bawah bimbingan sekolah. Kurikulum tidak hanya terbatas pada mata pelajaran, tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik, dan bisa menentukan arah atau mengantisipasi sesuatu yang akan terjadi. Dengan kata lain kurikulum haruslah menunjukkan kepada apa yang sebenarnya haru dipelajari oleh peserta didik.
B. Fungsi Kurikulum
Menurut Sutopo dan Soemanto sebagaimana dikuti oleh Muhammad Joko Susilo kurikulum berfungsi:[4][4]
1. Kurikulum dalam rangka mencapai tujuan. Bila tujuan pendidikan yang diinginkan tidak tercapai orang cenderung meninjau kembali alat yang digunaka untuk mencapai tujuan tersebut.
2.  Bagi siswa kurikulum berfungsi sebagai organisasi belajar yang harus dikuasai dan dikembangka seirama perkembangan siswa.
3.  Bagi guru, kurikulum berfungsi
a)  sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar siswa.
b) sebagai alat untuk mengadakan evaluasi perkembangan siswa
c) sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan.
4. Bagi  kepala sekolah dan pembiña sekolah kurikulum berfungsi
a) sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi, yaitu memperbaiki situasi belajar.
b) sebagai pedoman untuk fungsi supervisi dalam menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar.
 c) sebagai pedoman dalam fungsi supervisi untuk membantu guru dalam memperbaiki situasi belajar.
d) sebagai pedoman untuk  mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar.
5.  Bagi orang tua murid, kurikulum. berfungsi sebagai panduan untuk membantu anak.
6. Bagi sekolah pada tingkatan di atasnya, kurikulum berfungsi sebagai 
     pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga guru.
7. Bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah, kurikulum berfungsi dalam memberikan bantuan guru dalam memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerja sama dengan pihak orang tua/masyarakat untuk menyempurnakan program pendidikan di sekolah agar bisa lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.

 C. Konsep Kurikulum
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.[5][5]
a.       Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi/rencana :
       Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk  kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.
b.      Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem
      Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara me­nyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyem­purnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
c.    Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:
      Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.
Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga dituntut untuk :
1.    mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah-istilah teknis
2.  mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam pengetahuan-pengetahuan baru
3.   melakukan penelitian inferensial dan prediktif
4.    mengembangkan sub­subteori kurikulum, mengembangkan dan melaksanakan model-model kurikulum.
     Keempat tuntutan tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori kurikulum. Melalui pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai subtansi,sebagai sistem, maupun bidang studi kurikulum dapat bertahan dan dikembangkan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
  1. Awal mulanya kata curriculum digunakan dalam bidang olahraga karena memiliki arti suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis start sampai dengan finish.  Namun pada tahun 1995 istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, dengan pengertian sebagai rencana dan pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam menempuh pendidikan di lembaga pendidikan. Berdasarkan seluruh pandangan dari berbagai sudut mengenai pengertian kurikulum, maka dapat disimpulkan pengertian kurikulum adalah sederet rancangan peraturan pembelajaran yang dibuat oleh institusi pendidikan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pendidikan tertentu.   
  2. Fungsi Kurikulum
kurikulum berfungsi sebagai organisasi belajar yang harus dikuasai dan dikembangka seirama perkembangan siswa.
  1. Konsep Kurikulum

a.       Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi/rencana :
b.      Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem
c.    Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:
















DAFTAR PUSTAKA


Harun Asrohah,Anas Amin Alamsyah, Pengembangan Kurikulum,
kopertaisIV Press, Surabaya 2014
http://mhadhicahyadi.blogspot.co.id/2014/12/makalah-pengertian-dimensi-fungsi-dan.html
Suratmanskaters.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-konsep-fungsi-dan-peranan.html














[1][1] Harun Asrohah,Anas Amin Alamsyah, Pengembangan Kurikulum” Surabaya: kopertaisIV Press,  2014) hlm.27
[2][2] http://mhadhicahyadi.blogspot.co.id/2014/12/makalah-pengertian-dimensi-fungsi-dan.html
[3][3] .Harun Asrohah,Anas Amin Alamsyah, Pengembangan Kurikulum” (Surabaya: kopertaisIV Press,  2014) hlm.29

[4][4].Harun Asrohah,Anas Amin Alamsyah, Pengembangan Kurikulum” (Surabaya: kopertaisIV Press,  2014) hlm30.


[5][5] Suratmanskaters.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-konsep-fungsi-dan-peranan.html

Kamis, 04 Juni 2015

MAKALAH RASM UTSMANI DAN PERKEMBANGANNYA


MAKALAH
RASM UTSMANI DAN PERKEMBANGANNYA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu: Afiful Ikhwan,M.Pd.I
C:\Documents and Settings\admin\My Documents\LOGO STAIM.jpg



1. Maratul Hasanah
2. Elvi Kusumawati
3. Sulistiani
4. Isna Febriani

(Kelompok VII)


SEMESTER  II

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
(STAIM)
TULUNGAGUNG
APRI 2015



KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, shalawat serta salam mudah-mudahan senantiasa Allah karuniakan atas penutup dan Nabi paling mulia, Muhammad SAW juga atas segenap keluarganya, para Sahabat, para Tabi’in dan Tabiit-tabiin serta para pengikut setiaNya hingga akhir zaman.
Makalah yang berjudul “Rasm Utsmani dan Perkembangannya” ini kami susun untuk memenuhi tugas yang diamanatkan kepada kami pada mata kuliah Ulumul Qur’an serta sebagai wasilah untuk memahami dan memperdalam tentang “Rasm Utsmani” dan pihak lain yang berkenaan membacanya, makalah ini bahasannya sangat sederhana dan singkat serta fokus pada pokok bahasan sehingga mudah dipahami dan memiliki ruang lingkup yang terbatas pada judul diatas. Namun semua ini tidak terlepas dari kekurangan, kesalahan yang tentunya semua tidak kami kehendaki, maka bimbingan dari dosen dan pihak lain yang membacanya sangat kami harapkan demi kemajuan dan peningkatan kwalitas makalah ini.
Semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang lebih baik. Amin
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
                                                                                     Tulungagung,    April 2015


PENYUSUN   


DAFTAR ISI

Halaman Coper…………………………………………………………………………i
Kata Pengantar…………………………………………………………………………ii
Daftar isi………………………………………………………………………………..iii
BAB  I  PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang…………………………………………………………...1
  2. Rumusan Masalah………………………………………………………..1
  3. Tujuan Masalah…………………………………………………………..2
BAB II  PEMBAHASAN
  1. Sejarah Singkat Rasm Utsmani………………………………………….3
  2. Pengertian dan Perkembangan Rasm Utsmani…………………………..3
  3. Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Utsman……………………………5
  4. Ar-Rasm Utsmani………………………………………………………..8
  5. Perbaikan Rasm Utsmani………………………………………………...9
BAB III PENUTUP
  1. Kesimpulan ……………………………………………………………..11
  2. Saran-saran……………………………………………………………...12
Daftar Pustaka………………………………………………………………………..13


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah
Nabi Muhammad saw. diutus oleh Alloh di muka bumi ini sebagai utusan yang terkhir, beliau membawa misi yang mulya dari Alloh yaitu rohmatallilalamin dan untuk menyempurnakan akhlak serta membawa syariat Islam, maka di turunkanlah kepada beliau Al-Qur’an secara berangsur-angsur sesuai dengan tema dan kejadian yang di alami oleh Rosululloh saw. Sehingga pada masa itu Al-Qur’an di tulis diatas lembaran-lembaran daun kurma, tulang dan lain-lain, sehingga di rumah Rosululloh banyak sekali tumpukan daun-daun kurma sebagai lembaran-lembaran Al-Qur’an.
Setelah Rosululloh saw. wafat maka kepemimpinan umat Islam berganti-ganti dari kholifah pertama sampai kholifah ke empat, pada masa kholifah ke 3 yaitu Ustman bin Affan Al-Qur’an di tulis dalam satu mushaf.
Namun secara umum umat Islam belum mengetahui apakah yang di maksud dengan Rasm Ustmani , dan bagaimana sejarah dan penulisanya dan perkembangan penulisan Al-Qur’an pada masa klolifah Ustman bain Affan.
  1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut;
1. Apakah yang di maksud rosm Ustmani ?
2. Bagaimanakah perkembangan rosm Ustmani ?

  1. Tujuan Masalah
Tujuan penulis mengambil judul Rasm Utsmani ialah:
1. Untuk mengetahui pengertian Rasm Utsmani
2. Untuk mengetahui perkembangan Rasm Utsmani
Demikian pembahasan sederhana ini semoga Allah memberikan ilmu  yang bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.












BAB II
PEMBAHASAN

  1. Sejarah Singkat Rasm Utsmani

Pada masa pemerintahan Utsman, umat islam pada saat itu sudah berkembang dan menyebar ke seluruh jazirah arab yang sangat luas dan mereka sangat antusias untuk mempelajari al-Qur’an sehingga terjadilah perbedaan bacaan al-Qur’an dikalangan umat Islam dan kalau ini dibiarkan, bisa mengganggu persatuan dan kesatuan umat Islam, terutama untuk menjaga keaslian dan kemurnian al-Qur’an itu sendiri. Karena itu sahabat Hudaifah menyarankan kepada khalifah Utsman bin Affan agar segera mengusahakan keseragaman bacaan al-Qur’an dengan jalan menyeragamkan penulisan al-Qur’an. Dan kalau masih terjadi perbedaan-perbedaan tentang bacaannya, diusahakan masih dalam batas-batas yang ma’tsur (diajakan oleh Nabi), mengingat bahwa al-Qur’an itu diturunkan dengan memakai tujuh dialek (qiro’ah sab’ah) bahasa arab yang hidup pada waktu itu.
  1. Pengertian dan Perkembangan Rasm Usmani
Ada beberapa pendapat tentang pengertian Rasm Utsmani, namun  masing-masing pendapat tersebut tidak jauh berbeda satu sama lain, yaitu sebagai berikut:
Rasm Utsmani adalah cara penulisan kalimat-kalimat Al-Qur’an yang disetujui sahabat Utsman bin Affan (35 H / 655 M) pada waktu penulisan mushaf. Cara penulisan ini sebagaimana disebut oleh az-Zarqaan memiliki karakter khusus yang sering menyimpang dengan pola penulisan bahasa Arab konvensional pada umumnya. Dalam sejarah kodifikasi Al-Qur’an, Rasm Mushaf masuk pada kajian marsumul khat, salah satu cabang pembahasan Ulumul-Qur’an. Namum pada perkembangan selanjutnya pola penulisan Al-Qur’an berubah menjadi disiplin ilmu tersendiri.
Rasm Usmani rasm (bentuk ragam tulis) yang telah diakui dan diwarisi oleh umat Islam sejak masa Utsman. Dan pemeliharaan-pemeliharaan rasm utsmani merupakan jaminan kuat bagi penjagaan Al-Qur’an dari perubahan dan pergantian huruf-hurufnya.
Rasm al-Qur’an dan Rasm Utsmani atau Rasm Utsman adalah tatacara menuliskan al-Qur’an yang ditetapkan pada masa kholifah Utsman bin Affan. Istilah Rasm al- Qur’an diartikan sebagai penulisan al-Qur’an yang digunakan Utsman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan al-Qur’an. Yaitu mushhaf yang ditulis oleh panitia 4 yang terdiri dari Zaid bin Tsabit, Mus bin Zubair, Tsabid bin al-Ash, dan Abdurrahman bin al-Harits.
Mushhaf Utsman ditulis dengan kaidah tertentu, para ulama meringkas kaidah itu menjadi 6 istilah, yaitu:
  1. Al-Hadzf (membuang, menghilangkan atau meniadakan huruf). Contohnya menghilangkan huruf alif pada ya’ nida’ (                      ).
  2. Al-Ziyadah (penambahan) seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau yang mempunyai hukum jama’ (                            ).
  3. Al-Hamzah, salah satu kaidahnya, apabila hamzah berharakat sukun, ditulis dengan huruf berharakat yang sebelumnya, contih (                 ).
  4. Badal (penggantian), seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan pada kata (                         ).
  5. Washal dan fashl (menyambungkan dan memisahkan) seperti kata kul yang diiringi dengan kata ma ditulis dengan disambung (        ).
  6. Kata yang dapat dibaca 2 bunyi. Seatu kata yang dapat dibaca 2 bunyi, penulisannya disesuaikan dengan salah satu bunyinya. Didalam mushhaf Utsmani penulisan kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif, contihnya (                               )
ayat ini boleh dibaca dengan menetapkan alif (yakni dibaca dua alif) , boleh juga dengan hanya menurut bunyi harakat (yakni dibaca satu alif).
  1. Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Utsman
Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaizan dengan penduduk Irak, diantara orang yang ikut menyerbu kedua tempat itu ialah Huzaifah bin Al-Yaman, ia melihat banyak perbedaan dalam cara-cara membaca Al-Qur’an. Sebagian bacaan itu bercampur dengan kesalahan, tetapi masing-masing mempertahankan dan berpegang pada bacaannya, serta menentang setiap orang yang menyalahi bacaannya dan bahkan mereka saling mengkafirkan. Melihat kenyataan demikian Huzaifah segara menghadap Utsman dan melaporkan kepadanya apa yang telah dilihatnya. Utsman juga memberitahukan kepada Huzaifah bahwa sebagian perbedaan itupun akan terjadi pada orang-orang yang mengajarkan qiroat kepada anak-anak. Anak-anak itu akan tumbuh sedang diantara mereka terdapat perbedaan qiroat. Para sahabat sangat memprihatinkan kenyataan ini karena takut kalau perbrdaan itu akan menimbulkan penyimpangan dan perubahan. Mereka sepakat untuk menyalin lembaran-lembaran pertama yang ada pada Abu Bakar dan menyatukan umat islam pada lembaran-lembaran itu dengan bacaan yang tetap dengan satu huruf.
Utsman kemudian mengirimkan utusan kepada hafsah (untuk meminjamkan mushhaf Abu Bakar yang ada padanya) dan hafsahpun mengirimkan lembaran-lembaran itu kepadanya. Kemudian Utsman memanggil Zaid bin Tsabat al-Anshari, Abdullah bin Zubair, Said bin As, dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam, ketiga orang terakhir ini adalah suku qurais, lalu memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushhab, serta  memerintahkan pula agar apa yang diperselisihkan Ziad dengan ketiga orang qurais itu di tulis dalam bahasa qurais, karena Al-Qur’an turun dengan lugat mereka.
Dari Anas: “Bahwa Huzaifah bin Al-Yaman datang kepada Utsman dan pernah ikut berperang melawan penduduk Syam. Huzaifah amat terkejut oleh perbedaan mereka dalam bacaan, lalu ia berkata kepada Utsman: “Selamatkanlah umat ini sebelum mereka terlibat dalam perselisihan (dalam masalah kitab) sebagaimana perselisihan orang-orang yahudi dan nasrani. Utsmanpun berkata kepada ketiga orang quraisy itu: “bila kamu berselisih pendapat dengan Zaid bin Tsabit tentang sesuatu dari qur’an, maka tulislah dengan logat qurais, karena al-Qur’an diturunkan dalam bahasa qurais”. Setelah mereka selesai menyalinnya menjadi beberapa mushhaf, Utsman mengembalikan lembaran-lembaran asli itu kepada Hafsah, selanjutnya Utsman mengirimkan setiap wilayah mushhaf baru tersebut dan memerintahkan agar Al-Qur’an yang lama dibakar. Keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman itu telah disepakati oleh para sahabat. Mushhaf-mushhaf itu ditulis dalam satu huruf (dialek) dari tujuh huruf Al-Qur’an seperti yang diturunkan agar orang bersatu dalam satu qiroat. Setelah masing-masing wilayah dikirim mushhaf yang baru dan ditahannya satu mushhaf untuk Madinah, yaitu mushhafnya sendiri yang kemudian dikenal dengan nama “mushhaf imam”.
Penamaan mushhaf imam itu sesuai dengan apa yang terdapat dalam riwayat-riwayat terdahulu dimana ia mengatakan: “Bersatulah wahai sahabat-sahabat Muhammad, dan tulislah untuk semua orang satu imam (mushhaf Al-Qur’an pedoman). Kemudian dia memerintahkan membakar semua bentuk lembaran atau mushhaf yang selain itu. Umatpun menerima perintah itu dengan patuh, sedangkan qiroat dengan enam huruf lainnya ditinggalkan, keputusan ini tidak salah sebab qiroat dengan tujuh huruf itu semua, harus disampaikan secara mutawatir sehingga menjadi hujah. Tetapi mereka tidak melakukannya, ini menunjukkan bahwa qiroat dengan tujuh huruf itu termasak dalam kategori keringanan.
  1. Ar-Rasm Utsmani
Setelah kita membicarakan pengumpulan Al-ur’an pada masa Utsman, Zaid bin Tsabit bersama tiga orang qurais telah menempuh seatu metode kusus dalam penulisan Al-qur’an yang telah disetujui oleh Utsman. Para ulama menamakan metode tersebut Ar-Rasmul Utsmani lil Mushhaf, yaitu dengan dinisbatkan kepada Utsman. Tetapi kemudian mereka berbeda pendapat tentang setatus hukumnya;
  1. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa rasm Utsmani buat al-Qur’an ini bersifat taufiqi yang wajib dipakai dalam penulisan al-Qur’an, dan harus sungguh-sungguh disucikan. Mereka menisbahkan taufiqi dalam penulisan Al-Qur’an ini kepada Nabi. Penambahan ini sama sekali tidak bersumber dari Rasulullah SAW. yang membuktikan bahwa rasm itu taufiqi. Tetapi sebenarnya para penulislah yang mempergunakan istilah dan cara tersebut pada masa Utsman atas izinnya, dan bahkan Utsman telah memberikan pedoman kepada mereka.
  2. Banyak ulama berpendapat bahwa Rasm Utsmani bukan taufiqi dari Nabi, tetapi hanya merupakan satu cara penulisan yang disetujui Utsman dan diterima umat dengan baik, sehingga menjadi suatu keharusan yang wajib dijadikan pegangan dan tidak boleh dilanggar.
  3. Sekelompok orrang berpendapat bahwa Rasm Utsmani itu hanyalah sebuah istilah, tatacara, dan tidak ada salahnya jika menyalahi bila orang telah mempergunakan satu Rasm tertentu untuk imla’ dan rasm itu tersiar luas diantara mereka.
Abu Bakar al-Balqani menyebutkan dalam kitabnya al-Intisar “tidak ada yang diwajibkan oleh Allah mengenai (cara atau bentuk) penulisan mushhaf. Karena itu para penulis Al-Qur’an dan mushhaf tidak diharuskan menggunakan rasm tertentu yang diwajibkan kepada mereka sehingga tidak boleh cara lain, hal ini mengingat kewajiban semacam ini hanya dapat diketahui melalui pendengaran (dalil sam’iy) dan (taufiqy)
  1. Perbaikan Rasm Utsmani
Seperti diketahui, pada masa permulaan Islam mushaf Al-Qur’an belum mempunyaitanda-tanda baca dan baris. Mushaf Utsmani tidak seperti yang dikenal sekarang ini, dilengkapi dengan tanda baca. Belum ada tanda titik, sehingga sulit untuk membedakan antara huruf ya’ (     ) dan ba’ (     ) demikian pula antara sin (         ) dan syin (           ) dan antara tho’ (       ) dan zho’ (       ) dan seterusnya.
Mushhaf Utsmani tidak memakai tanda baca titik dan syakal, karena semata-mata didasarkan kepada watak pembawaan orang-orang arab yang masih murni, sehingga mereka tidak memerlukan syakal dengan harakat dan pemberian titik. Ketika bahasa arab mulai mengalami kerusakan karena banyaknya percampuran (dengan bahasa non arab), maka para pengusaha merasa pentingnya ada perbaikan penulisan mushhaf dengan syakal, titik dan lain-lain yang dapat membantu pembacaan yang benar. Para ulama berbeda pendapat tentang usaha pertama yang dicurahkan untuk hal itu.
Banyak  ulama berpendapat bahwa orang pertama yang melakukan hal itu adalah Abul Aswad ad-Du’ali, peletak pertama dasar-dasar kaidah bahasa arab, atas permintaan Ali bin Abi Thalib. Perbaikan Rasm Mushhaf itu berjalan secara bertahab. Pada mulanya  syakal berupa titik: fathah berupa satu titik diatas awal huruf, dhommah berupa satu titik diatas akhir huruf, dan kasroh berupa satu titik dibawah awal huruf. Kemudian terjadi perubahan penentuan harokat yang berasal dari huruf, dan  itulah yang dilakukan oleh Al-Khalil. Perubahan itu adalah fathah dengan tanda sempang diatas huruf, kasroh berupa tanda sempang dibawah huruf, dhommah dengan wawu kecil diatas huruf dan tanwin dengan tambahan tanda serupa.